I'm finally waking up, a twist in my story
It's time I open up, and let your love right through me.
That's what you get
When you see your life in someone else's eyes

Stop kekerasan dan pembodohan di TV

Bosen saja kayaknya gak cukup buat merepresentasikan perasaan gw terhadap kekerasan dan pembodohan yang ada di televisi kita saat ini terutama sinetron. Well, i still remember when they protest against Smack down movie or naruto because its violence for child, what makes me wonder, why they still let sinetron that contain violence broadcast in our TV. Parahnya lagi jumlah gak cuman satu perstasiun.


Oke, first we analize smackdown or naruto movie. Isi dari film ini adalah adegan berantem, baik tangan kosong atau pake senjata, kalau di smackdown kita bisa lihat pria dengan badan besar yang berantem di atas ring, yang sebenernya adalah adegan yang direkayasa atau berdasarkan skenario. Sedangkan di film naruto berisi adegan pertarungan ninja yang penuh darah, tulang patah atau badan yang hancur, tapi naruto adalah film anime/kartun, which is not real.

Dampak dari film ini, kalau ditonton orang dewasa, tentu hanya menganggap kalau film ini hanya hiburan. Tapi kalau ditonton anak-anak, besar kemungkinan kalau mereka mencontoh adegan tersebut. So, kesimpulannya kedua film ini tidak baik untuk anak-anak. Tapi memungkinkan bagi mereka untuk menontonnya, asal ditemani orang tua. Jadi peran orang tua dibutuhkan disini, dan bersifat penting.

Second, lets analize sinetron movie. Akhir-akhir ini (well, sebenernya udah beberapa tahun ini) sinetron di Indonesia tuh memiliki ciri-ciri yang sama. 1. Ada pihak yang jahat dan berkuasa, terus ada pihak yang lemah dan selalu disiksa. 2. Pihak lemah disini biasanya, pembantu, anak tiri, menantu, tapi cantik/ganteng, pihak jahat disini biasanya, ibu tiri sama anak kandungnya, mertua, majikan, selalu jahat dan punya segala macam ide buat menyiksa korbannya. 3. Pihak lemah tidak bisa melawan, dan tidak keberatan disiksa (artinya tidak berusaha untuk lari atau melapor ke polisi). 4. Diisi dengan adegan pihak lemah dijambak, ditampar, disiram, dimaki-maki, ditendang, dituduh mencuri. 5. Sebab dari pihak jahat menyiksa pihak lemah adalah karena harta atau pria/wanita.

Dampaknya, sifat-sifat kekerasan seperti pada poin 4 dan 5 tidak hanya dapat ditiru oleh anak-anak, tapi juga orang dewasa. Sehingga gak heran kalau sekarang banyak kejadian, anak disiksa orang tuanya (baik tiri atau tidak), pembantu disiksa, orang tua dibunuh, dan lain-lain. Keduapoin ini mengajarkan kita berbuat kekerasan, dan ini sangat parah dampaknya. Dan semua poin tersebut menggambarkan kebodohan buat kita semua. Kita digambarkan kalau orang lemah tidak bisa melawan, tidak bisa berusaha, harus terima takdir. Kita digambarkan untuk selalu berlaku seenaknya. Sinetron-sinetron ini menggambarkan sutradara kita tidak kreatif, hanya membuat film yang sama dengan tokoh dan pemeran yang berbeda.

Why, kenapa kita gak bisa membuat sesuatu yang bermanfaat. Sesuatu yang bukan hanya mengejar rating. Apakah masyarakat kita sudah tidak mau menerima acara yang berkualitas, dan hanya mementingkan sisi hiburan, yang sebenarnya justru membawa kita kepada kebodohan. Gw bukan orang yang pinter, gw gak punya kemampuan menaksir keingina pasar terhadap film, gw gak punya kemampuan buat film yang berkualitas. Tapi bahkan gw yang bodoh dan gak bisa apa-apa aja sadar akan hal ini. Masa para sutrada, producer, artis tidak menyadarinya sama sekali. Masa para pejabat di pemerintahan yang mengatur regulasi tidak bisa melakukan apa-apa.

So, jangan salahkan kalau kami para penonton lebih memilih menonton film buatan luar negeri dibandingkan film buatan negeri kita sendiri. Bukan berarti kami tidak mencintai produk anak negeri. Justru anggap ini sebagai cermin buat kalian, buatlah film yang membuat kami bangga. Saya juga tidak mengatakan kalau film kita semuanya tidak berkualitas. Untungnnya masih ada sineas yang memiliki idealisme ketimbang materialisme dalam membuat filmnya. Salut!!

3 komentar:

sensitive and positive mengatakan...

yahhhooooo.STUJU!

buz mengatakan...

yoa mantapp setujuh. Klo laskar pelangi gmn .. dah nonton ? he5..

Sani is Kaitokid mengatakan...

y menurut gw, laskar pelangi dan sejumlah film kyk nagabonar jadi 2 adalah salah satu para "pemberontak" yang berusaha membuat film berkualitas

Mengenai Saya

Foto saya
not a person you would like to know

friend